September 25, 2014

Dari Jiwa yang Satu

Piyo

Kemarin kudengar perjuangan akan kaumku
Kertas lusuhpun rela  terinjak deret alphabet demi  kisahkan dirinya
Jika sejarah hanya rangkaian hidup, mati, kemudian berlalu oleh bingkisan cerita
Sialah Minadzhdzhuulumaati ilaan nuur…
Yahh, habis gelap terbitlah terang hanyalah pesan kata yang melompong

CiptaanNya menjadi ladang tanya, menuai kerut indah pada kening kian menua
Engkau  hanya citra kekuatan, begitupun dengan dia yang kuat tanpa keperkasaan
 Sangsikan saja… pada tanah semua kaki menginjak di atas asal kita
Bukan merendahkan,  tapi sebuah konsekuensi logis atas mampu kira-ku pada adam

Aku benci pada skeptisku…
Yang tak mampu menginterpretasikan gumpalan darah dari hasil nafsi kita
Jika teristimewa mengapa  tak dari bongkahan emas saja?
Ahh, aku tak mau ikut pada dosa sejarah itu


Melalui peradaban kumengenal engkau dan kaumku di titik beda
Hari ini bukan lagi jeritan tangis tak bersuara, lalu diam tanpa senyuman
Tapi kutemui modernitas bebas,  bebas memenjarakan jati diri entah siapa
Mutlak Sejarah tak kembali, tapi jeruji penistaan akan wujudnya tak terelakkan

Dia hanya jiwa, begitupun kamu yang terpungkiri akan tulang rusuk yang membanggakan
Dia punya fitrah, begitupun kamu yang tak pantas membatasi dan menjinakinya
Lalu  mengapa hendak membeda?
 Jika qodrat telah menjawab

Tanpa sadar kata, kita meng-iyakan wajah kesempurnaan yang jauh dari ke-Esa-an
Yahh lihatlah ada manifestasi keberadaanNya pada kita
Pada kita, dari jiwa yang satu dari keadilan Tuhan





 " kaki melepuh di hari kartini"  created on 21'04'11

Tidak ada komentar: