September 25, 2014

Jilati Punyaku

Piyo

Tak punya malu dirimu yang hitam itu
Menjilati suapan ibuku dan kau ngiungkan keberhasilanmu
Sejengkal lagi,  ku ingin kau mendekat dan kusentil
Jika tak langsung mati, Mantri bersahaja pun takkan menolongmu
Hingga kau bawa dirimu sebagai refleksi  korban Adolf Hitler

Sedikit lagi...
Syaraf otakku sepakat menganggapmu sindikat sosialis busuk!!!
Jika tidak,
kenapa kalian sama ratakan aku dan kotoran kawanku di pinggiran?

Enyah kau, Kecilmu bukan alibi pengibaan untuk aku yg lebih berakal
Maka ludah pantas ku keluarkan untukmu
Tapi risih jika kau anggap itu penghormatanku
Apalagi kembali kau jilatinya dan sesekaii seakan ingin mencium lekat tubuhku

Kenapa kau hanya mendekat di punyaku???
Mintalah yang lebih layak pada sang berdasi di istananya
Tapi, jika tlah kau polesi bibirmu dengan keju Eropa miliknya
Seakan kulit ari kami-pun pantang untuk kau cumbui

Beruntung visualisasi dan komunikasi-mu tak layaknya manusia
Jika tidak, kau akan digerogoti pertanyaan dan ke-eksisanmu akan melebihi Briptu Norman
Tapi, mungkin saja kau ditakdirkan berkawan untuk kami
Hinggap, Menari, dan membuat kami MATI agar sang berdasi peduli hati...

Yaahh, lanjutkan jilatanmu LALAT
Pada bahan suapan yang mungkin asin karena tetesan keringat dan air mata
Tebarkan virusmu Lalat, tak perlu takut dosa
Mungkin saja misi kehadiranmu menjadikan si tuan-tuan lebih peka.


*created on 10 Sep' 10

Tidak ada komentar: