Desember 03, 2011

BEDA

oleh Mietha Piyo pada 27 Februari 2011 jam 16:01
 
Pada hujan yang dilepas mendung
Padamlah langit menjadi titipan alam gemuruh
Pada daun yang bersambut basah
Parade alam hanya gugur terbingkai dalam kenang

Bataskan hati di ujung rasio mencari rasa
Beda yang ada hanya menampung air mata tanpa harapan
Berkesah pada takdir, menanyai persamaan yang ada
Ragapun  tertelungkup hina mencari pembelaan pada  keyakinan

Apakah cinta sebuah kemutlakan ketulusan hati?
Atau  mungkin hanya sebuah laku  kenistaan suci mengatasnamakan cinta?
Ahh, mana ada syurga di dalam neraka
Dan  tetap saja Tuhan itu Satu

Jika cinta itu suci karena hati yang merasa
Maka lekatkan hatimu pada cinta yang meng’ada’kanmu
Biarkan  keyakinan kita menjadikan alasan  kekokohannya
Dan kita hanya memilih eratkan simpul atau lepaskan

Diatas kepastian  suci pada mata hati kita yang mungkin beda

Desember 02, 2011

untuknya, untukmu, untuk kalian, dan mereka

oleh Mietha Piyo pada 23 September 2010 jam 21:22
 
Ingin ku bunuh sesuatu yang tak bernyawa
Hingga yang bernyawa takut melihatku bernyawa
Tapi, tetap nista rupanya diriku...
Perempuan kerdil yang tolol akan representasi perjuangan

Kuping tak bisa menolong apa yang terdengar
Raga tak mampu bergerak, tak ada poros untuk melaju
Yang mati bukan pada dia-dia yang bersuara lantang
Tapi pada perempuan ini yang masih saja meraba
yaaahh,, perempuan yang mati sebelum menyuarakan kehidupan

Dia dan dia menyingsingkan lengan baju
Berkolaborasi dibalik simbol kepalan tangan
sementara perempuan ini hanya mampu mengangkat jempol untuknya
Bukan karena gravitasi yang seakan mengungkung tangan
Tapi, perempuan ini tak bisa sehebat dia-dia

Mungkin kenyamanan telah menjanjikan segala keamanan
Tdk seperti perjuangan yang dibekali oleh sebuah kesulitan...
tapi,, beruntunglah dia-dia
seperti janji Allah
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

dan sebuah pekikan insiprasi yang sering terdengar bahwa
Yakin indah pada waktunya

__hidup bukan hanya sebuah goresan tapi juga warna__