September 25, 2014

Gelap dan Silau Menjadi Malu

Piyo

Matanya terbuka melihat apa yang ada
Hanya kosong yang mampu terbaca
Gelap pun menegaskan warnanya
Saat ketulusan malu untuk terbias

Ketika bintik cahaya bergerilya menaburi...
Sesaat pandangan mengakui keindahan gelap
Namun mustahil gelap akan menjadi terang
Jika sang cahaya hanya untuk mengindahkan gelap

Di mana pancaran cahaya sesungguhnya?

Bisa saja cahaya datang dengan hantaman tanpa kelembutan
Dengan sadar menampar silau mempermalukan pekatnya gelap!!!
Lalu... apa bedanya cahaya dengan buruknya kelam
karena hadirnya hanya untuk membutakan

Bermunajatlah ia....

Diam-diam Sang Gelap malu karena pekatnya dan Sang Cahaya malu karena silaunya
Hingga datang buaian yang tak bertuan
Mencoba meleburkan keduanya
Dalam sebuah ruang yang ternyata berpenghuni

sampai tiba waktunya...

Mata yang terbuka tak lagi melihat apa yang ada
Tak lagi menatap kosong yang terbaca
Tapi.. kini mata itu mampu menatap mata yang lain
Saling berpandang tanpa kebutaan...

inilah Gelapku yang tak kelam
inilah cahayaku yang tak silau

Penghunipun lega tak lagi meraba
Hanya ada senyum dan langkah dalam menyongsong...

Tidak ada komentar: